Sastra


Puisi Esay



       Cinta Zahra Pengobar Petaka

Oleh: Fariha Dwi Etminingsih



Cinta Zahra Pengobar Petaka
Digenggam erat cincin yang melingkar di jarinya
Tetesan air mata meniti lembut di keheningan malam Sampang
Hanya secarik kertas yang tersisa dari pujaan hati
Mudzir cinta pertama Zahra
Pupus di atas mandat bunda
Sirna di telan peristiwa

Uraian doa dan istigfar menggema di relung-relung malam
Dipandanginya secarik kertas di hadapanya
Mengoyak hati dengan dasyat bak ombak memecah batu karang
Kenangan yang meninggalkan bekas luka bak tusukan pedang
Terbuka kembali hingga darah mencuat tak berhenti

Mudzir……Mudzir………kekasihku
Mudzir…..Mudzir……..pelabuhan cintaku
Cak Mudzir…..pelepas rinduku……
Raungan tangis yang menggelegar
Melampoi deruan angin petang

Ya Robbi, benarkah ini kenyataan yang harus ku terima
Ya Muqsith, apakah ini benar-benar keadilan yang harus ku terima
Ya Rohman, apa ini bentuk kasih-Mu padaku
Ya Rohiim, apa ini bentuk sayang-Mu padaku

Semakin jelas bayanggan Muhzir di pelupuk matanya
Mata yang tak berdaya mencoba berlari menatap sudut-sudut ruangan
Tapi apa daya bukanya lenyap bayangan itu,
Semakin jelas tenggelam di samudera bayangan Mudzir

Teringatnya dimana kali pertama bertemu Mudzir
Peristiwa tabrak lari yang mempertemukannya
Dengan tatapan yang lembut dan penuh kekhawatiran ia menolong zahra
Dengan tubuh yang tak berdaya, dengan susah payah
Zahra pandangi pekat-pekat wajah malaikat penolongnya
Tak terekam sudah kejadian selanjutnya di memori zahra

Ternyata ia pinsan setelah peristiwa itu
Tubuhnya benar-benar tak berdaya
Serasa tulangnya patah semua
Kaki kananya terasa hebat sakitnya
Ternyata kaki kananya cidera cukup parah
Membuat ia tak dapat berjalan cukup lama

Tepat pukul 10.45 ia sadar dari pinsannya
Mata besarnya hanya bisa mengintip tanpa daya
Dipandangi sekelilingnya
Terlihat keluarganya yang di sisinya
Tiba-tiba matanya berhenti  di sudut kananya
Tampak laki-laki berbadan tegap berdiri di sudut kanannya
Itu kali kedua ia bertemu Mudzir

Setelah tahu bahwa Zahra menatap sosok laki-laki yang ada di sudut kanannya
Dengan sigap Ibunya mengenalkan laki-laki itu
Dengan nada berseri-seri diucapnya
Anak muda ini namanya Mudzir nak
Ia yang menolong mu tadi

Tak sadar bibir mungil Zahra melontarkan senyum mengembang
Balasan senyuman tipis Mudzir seperti menyimpan miliaran makna
Mulai dari itulah benih-benih cinta bersemi di hati kecil Zahra

Dua hari setelah peristwa itu, tepatnya pukul 13.20
Ketika mata zahra terbuka dari mimpi tidur siangnya
Dengan pandangan kabur, terlihat seperti Mudzir malaikat penolongnya
Ia kira ia masih bermimpi
Tiba-tiba dugaanya pecah ketika Mudzir mengucapkan salam
Asalamualaikum mbak zahra
Dengan terbata-bata Zahra menjawab salamnya
Ekspresi kaget menyelimuti wajahnya

Zahra bagaimana kabarnya??
Sudah mendingan kah??
Kata-kata yang penuh Tanya dari Mudzir

Tiba-tiba menyelinap desiran lembut di hati Zahra
Tetap terbata-bata ia menjawab

Obrolan demi obrolan begitu akrab
Seperti teman lama yang lama tak jumpa

Dari obrolan itu Zahra mengetahui sesuatu
Mudzir itu sama-sama dari kelompok syiah seperti ia
Mudzir bercerita panjang lebar dengan Zahra
Curhat Mudzir sebenarnya ia sudah tahu Zahra sejak lama
Mudzir juga bercerita tentang peristiwa tabrak lari yang menimpa Zahra
Ia beranggapan bahwa pelakunya orang yang benci syiah
Takcukup seranagan akhir Desember lalu, kata Mudzir

Waktu terlampoi cukup singkat
Sudah hampir satu bulan Zahra dan Mudzir saling kenal
Semakin subur benih-benih cinta diantara mereka
Dua insan ini benar-benar saling mencintai
Tak jarang Mudzir datang ke rumah Zahra

Entah ribuan alasan ia fikirkan untuk bisa menemui zahra

Awal mulanya kedua orang tua Zahra sangat bahagia
Anak permpuanya dekat dengan Mudzir
Sama-sama satu aqidah

Setelah perjalanan cinta Zahra dan Mudzir berjalan manis
Goncangan angin dasyat menerjang
Orang tua Zahra terutama ibunya
Mulai menentang hubungan mereka

Cinta segitiga rupanya
Syakuf putra salah satu orang yang berpengaruh di kelompok syiah
Ia sudah memendam perasaan pada Zahra
Cukup lama, sebelum Zahra mengenal Mudzir

Perasaan Syakuf pada Zahra
Cinta yang terpendam
Memberontak tak tahan
Telinga cintanya mendengar, menyimak
Zahra dekat dengan Mudzir

Berita cinta terpendam menjadi isu hangat
Khususnya di kalangan kelompok syiah

Ibu Zahra mendengar kabar burung itu
Serasa hatinya di balut gembira

Mualai inilah kesedihan terbigkai
Ibu Zahra mencoba menjauhkan dua insan yang saling saying
Jutaan cara disiapkan untuk memisahkannya

Hingga di suatu malam
Tampak rembulan mengintip malu-malu di balik awan
Ternyata sang rembulan adalah saksi kehancuran cinta Zahra

Suara kaki berjalan menuju kamar Zahra
Sang ibu yang menemuinya
Duduklah ia di samping Zahra
Dengan lirih ia berucap

Zahra sebuah cinta itu dapat tumbuh kapan saja
Cinta itu bisa datang karena biasa
Lupakan Mudzir nak
Menikahlah dengan Syakuf

Selayaknya geranat yang meledak
Menghancurkan hati Zahra bak kepingan debu
Air mata mengalir mencari kebenaran
Mulut terbungkam tak dapat berucap

Zahra tetap tak percaya apa yang ia dengar
Mungkinkah benar ini?
Apa maksud ibu?
Benarkah aku harus melepas Mudzir?
Melupakan semua tentang dia?
Semakin banyak pertanyaan
Semakin membisu jawaban yang ia cari

Pagi ini begitu cerah
Burung-burung mendendangkan melodi cinta
Langit pun tersenyum mengembang pada bumi

Lain halnya dengan hati Zahra
Serasa pagi itu tampak mendung
Burung-burung mendendangkan melodi duka
Langitpun terlihat menangis sendu

Keterangan yang pasti, ia akan dijodokan
Syakuf yang akan meminangnya
Semakin gemuruh hati Zahra
Bagaimana dengan kekasihnya

Seusai mendengar berita itu
Zahra bergegas menemui Mudzir

Ribuan pohon yang mendengar
Ribuan rumput yang melihat
Ribuan makhluk tuhan yang bersaksi

Cak Mudzir, gadismu ini hendak dipinang
dipinangan orang lain
tapi hati ini tak terima

Cak mudzir, gadismu ini hendak durhaka
durhaka pada bunda
tapi takut azab menjelma

Cak mudzir, gadismu ini hendak patuh
Patuh pada bunda
Tapi sakit hati merasuk merana

Air mata Zahra tak dapat di bendung
Sesak didada menyekik sukma

Mudzir ikut gundah memikirkannya
Ia geram dengan semuanya
Ia ingin membanting angin tuk menyapu luka
Ia ingin menggulung hujan tuk melunturkan duka

Pertemuan siang itu tak mendapatkan jalan temu
Tinggal tersisa kata pasrah di hati Zahra
Luka yang terukir di hati mudzir semakin dalam
Hingga menembus benteng-benteng keimanan

Tanggal 20 Juni 2013 cincin emas itu mulai melingkar di jemari Zahra
Titian air mata mengiringi proses tunangan hari itu

Semenjak hari itu perasaan Zahra kalut sekali
Malam bukanlah malam
Siang bukanlah siang
Hidup serasa tak hidup

Hampir dua bulan berlalu
Sepucuk surat terselip di buku harian Zahra
Surat dari cak Mudzir

Untuk Kasih tak sampai
Sepucuk surat ini sebagai tanda terimakasihku padamu
Sekaligus rasa kecewaku padamu
Hati ini perih menahan luka
Luka ini terlalu dalam,
Sedalam lautan cinta ku padamu
Luka ini kan slalu membekas
Entah kapan akan kembali seperti dulu
Rasa kecewaku sudah tumbuh kuat melebihi cintaku padamu
Maafkan aku jika kelak aku menyakiti hatimu

Hati sesak disetiap untaian kata
Hati Zahra rapuh
Pupus sudah cinta yang didambanya

Selang dua hari surat diterima
Berita burung tentang Mudzir tersebar
Mudzir keluar dari kelompok syiah
Dengan alasan syiah itu sesat
Syiah ajaran sesat

Zahra terus berfikir
Apa ini bentuk protes dia?
Apa ini maksud dari surat kemarin?
Apa ini makna dari kata maaf itu?
Serasa mau pecah kepala Zahra
Hati serasa dicekik-cekik

Keluarnya Mudzir dari Syiah
Suasana desa memanas
Kelompok non syiah semakin ganas
Tangan-tangan emosi semakin berkobar

Tertanggal 26 Agustus 20121
Pukul 6.30 zahra diajak mengantar adik syakuf
Sekitar 20-an orang warga syiah hendak pergi ke luar Omben
Ada yang berkunjung ke saudarnya
Ada yang kembali ke pondok
Ada yang kembali ke skolah
Di luar desa, di luar kota

Ketika Zahra dan rombongan hendak naik mobil
Puluhan lelaki dewasa warga non syiah menghadang
Berbagai senjata tajam di tangan
Dengan emosi yang berkobar
Mereka melarang rombongan pergi
Bahkan mobil akan dibakar jika tetap pergi

Bagaikan tawanan perang
Rombongan non syiah di giring pulang
Mereka kembali ke rumah masing-masing

Zahra mulai ketakutan
Takut kejadian 29 Desember 2011 silam terulang2
Belum sempat Zahra pulang ke rumah
10.30 WIB puluhan warga non syiah datang

Sekitar 500an orang yang datang
Mereka mengancam akan membakar rumah warga syiah
Mereka akan membunuh orang yang melawan

Suasana mencekam menyelimuti
Di depan rumah Syakuf ratusan orang itu berjajar
Berbagai senjata di bawanya
Batu siap menghantam
Bom ikan siap meledakkan jantung-jantung insan
Celurit siap merobek-robek raga tak berdaya

Ya robbi lindungilah kami
Mengapa perbedaan selalu menjadi masalah
Kami punya cara sendiri untuk mendekatkan diri padamau
Mengapa mereka selalu memusuhi kami?
Lirih Zahra di dalam hati

Adu mulut dan cekcok terjadi
Suasana mulai memanas
Syakuf tak tahan dengan hal itu
Ia berusaha menenangkan warga
Saying, niat baiknya tak disambut baik
Niat baiknya menyulut amarah

Dengan sigap sebagian mereka mengroyok
Clurit, pedang, pentungan menghantam, mencabik-cabik
Innalilahi wainalilahirojiun
Calon suamiku terlihat tak berdaya di hadapanku
Walaupun belum ada benih cinta di kholbuku
Ku tetap segera berlari meraihnya

Ia terluka, darah megucur deras diraganya
Luka itu hampir rata di sekujur tubuhya
Perutnya terburai bersimbah darah
Darah mengalir dari telinga tanpa arah

Digenggam eratnya tanganku dan menatapku
Bibirnya hendak berkata
Dek…ma..ma..af jika cintaku melukaimu
Ma..ma..ma..af

Air mata zahra mengalir deras
Linangan air mata tak dapat dibendungnya

Inalillahi wainnalilahirojiun
Sesunguhnya segala sesuatu milik Allah dan akan kembali pada Allah
Syakuf kembali kepadan-Nya3

Dipejamkan mata syakuf dengan tangannya
Syakuf telah pergi meninggalkannya
Dua hari sebelum mereka menikah

Adik Syakuf yang tadi hendak melindungi kakaknya
Terluka parahlah dirinya
Punggungnya terluka parah
Bekas-bekas goresan pedang dan celurit di sekujur tubuhnya
Bekas memar akiban timbukan batu mewarnai kulitnya
Untung nyawanya masih terselamatkan

Tidak selesai di sini saja
Massa semakin bringas
Rumah Syakuf dan rumah warga Syiah lainnya di lempari batu

Kepala Zahra berdarah terkena lemparan batu
Banyak warga syiah yang terluka pula
Sesegera mungkin warga Syiah melarikan diri
Mencari tempat aman

Zahra belum bisa lari meninggalkan kampungnya
Ia melihat dari kejahuan
Kobaran emosi menyelimuti massa
Bagai binatang yang kelaparan

Satu-persatu rumah dibakar
Lautan api berkobar di kampung syiah
Tanpa dosa mereka melakukannya

Pukul 11.30 ini warga non syiah membumihanguskan rumah
Tanpa ada orang yang menghalangi
Tak satupun polisi atau petugas keamanan yang mencegahnya
Hangus sudah rumah itu
Rumah Zahra pun hangus tanpa sisa

Ya Allah mengapa menjadi begini?
Apa semua ini salah hambamu ini?
Kenapa ini niat baktiku pada ibu menjadi begini
Mudzir…cak mudzir…inikah luka dari mu
Bisik Zahra pada dirinya

Pukul 12.00 WIB, puluhan polisi datang
Mereka menolong warga syiah yang terluka
Polisi tak sanggup hentikan massa yang menghanguskan rumah

Dengan berat hati zahra meninggalkan kampung
Langkah kakinya menuju tempat yang aman
Langkahnya mengantarkan ke GOR Sampang

Tubuh Zahra letih lunglai sakit semua
Masih terbayang dibenaknya syakuf dan Mudzir
Orang yang ia cintai justru menyakitinya sekarang
Orang yang sungguh-sungguh sedang mencintainya
Kembalike sisi Allah ya llahi Robbi

Pikiran yang menghantuinya sekarang adalah Mudzir
Benarkah ia dalang dari kejadian ini?
Benarkah ia pelakunya?
Gara-gara cinta ku semu warga syiah mnjadi korban?
Bisiknya di dalam hati

Bukan hanya sakit karena tubuh terluka
Luka lama belum sembuh
Ditambah luka baru

Di media massa banyak sekali kabar tentang peristiwa ini
Dari mediamasa dikabarkantelah menahan dalang di balik peristiwa ini
Tujuh orang yang ditahan4
Salah satu dalang utamanya adalah orang berinisial “M”

Banyak kabar yang beredar di pengungsian
Mudzir dalang dari peristiwa ini

Semakin sakit hati Zahra menerima kenyataan ini
Mudzir pelakunya,..mudzir pelakunya
Cintanya benar-benar dusta
Cinta pertama yang menyakitkan
Membuat ia dan ratusan orang kehilangan rumah
Membuat ia mengungsi di GOR sampan
Membuat ia ditinggalkan calon suaminya
Namun cinta itu tetap saja masih singgah di hatinya.

Hanyalah cincin dan secarik kertas surat
Saksi bisu kisah cintanya
Saksi bisu cinta segitiga Zahra, Mudzir dan Syakuf
****


1.    Peristiwa penyerangan warga syiah di sampan 26 Agustus 2012, rumah warga di bakar hingga akhirnya mereka mengungsi.
Sumber: http://www.p3m.or.id/2012/08/reportasi-kasus-syiah-sampang.html dan buku karya Dr. Bambang W yang berjudul Menangani Konflik di Indonesia
2.      Pada akhir Desember 2011 terjadi kasus yang serupa seperti tanggal 26 agustus 2012
3.    Korban yang meniggal pada peristiwa penyerangan warga syiah di sampang ada 1 orang yaitu bapak Hamamah
4.    Dalang di balik peristiwa sampan ini ada tujuh orang, dalang utamanya adalah Rois