Curahan Jiwa

Rintihan Qolbu
oleh: Fariha D Etminingsih

Ketika hati dalam balutan kalbu
Petir dan badai bernaung
Tak tau kapan jiwa yang penuh cinta itu kembali kefitrahnya

Sepi merasuk di jiwa
Tak ada lantunan lagu cinta di dalamnya
Kata-kata duka selalu berkabung di relung qolbu

Kapan hati ini akan kembali ke sisi robnya
Hati ini buas seperti terasuk syetan paling ganas

Kadang ingin menangis tak tau apa landasannya
Sabda ilahi selalu datang melunakkan hati
Tapi hanya angin lalu
Apa hati ini terlalu keras?
Apa hati ini terlalu busuk?
Apa hati ini telah mati?

Ya robbi bukakan pintu hati ini
Kembalikan niat yang suci itu
Dekatkan hati ini padamu ya robb....

Permohonan terkasih dari hamba yang hina...

Geospasial

Studi Lapangan Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis

Laboratorium ini terletak di dekat pesisir parangtritis. Laboratorium ini berdiri tahun 2002 hingga sekarang, yang mana tahun 2001 sudah dalam perencanaan, sehingga tahun 2002 sudah mulai pembangunan.
Tujuan berdirinya laboratorium ini adalah untuk melaksanakan riset kolaboratif sumberdaya pesisir dan laut untuk pengembangan  iptek yang berbasis informasi geospasial.Pada saat ini laboratorium geospasial diketuai oleh A. Ari Dartoyo.
Laboratorium ini dikelola oleh tiga instansi yaitu fakultas geografi UGM, badan informasi geospasial dan PEMKAB Bantul. Ketiga lembaga ini kesepahaman bersama untuk mengelola laboratorium geospasial.
Laboratorium ini terbagi menjadi beerapa bagian ruangan. Di bangunan kerucut lantai pertama digunakan sebagai tempat seminar dan penyuluhan laboratorium geospasial. Lantai kedua terdapat berbagai sempel pasir, batuan, miniatur laboratorium geospasial, foto-foto citra udara dan jenis foto-foto lainnya. Bagian lorong biasa disebut lorong pengetahuan. Dimana sepanjang lorong terdapat informasi-informasi terbentuknya gumuk pasir di pesisir parangtritis yang disajikan menggunakan media gambar dan tulisan. Untuk gedung yang terakhir dilantai satu dan dua merupakan laboratorium untuk penelitian. Terdapat berbagai alat yang digunakan untuk riset.
Sebagaimana tujuan laboratorium geospasial ini salahadalah untuk melaksanakan riset, terutama riset tentang gumuk pasir di pesisir parangtritis. Gumuk pasir di parangteitis dapat terbentuk karena adanya  proses alam yang unik,komplekdanlangka, posisipantaiterbukaterhadaplautlepasdengantiupananginkencangsetiapwaktu, adasumbermateripasir yang berlebihandaridaerahhulunyaberupapasirvulkanikterbawaolehsistemsungaikeMuara, selain itu karena Pengaruh“site”Geografiwilayahyakniwilayahpesisirdanadabukitkapur(Karst) denganlerengcuram/terjal.
Ketika  gunung merapi erupsi mengeluarkan material-material vulkanik dan material-material itu terbawa ke laut melalui sungai opak dan progo. Setelah sampai di laut material itu tergerus ombak yang kencang dan tiupan angin yang kencang pula, akibatnya material vulkanik itu berubah menjadi butiran pasir yang sangat halus dan lembut. Setelah itu pasir-pasir yang lembut itu terbawa ombak dan angin ke tepi pantai. Karena dengan posisi pantai yangterbuka terhadap laut lepas dengan tiupan angin kencang di setiap waktu maka memudahkan pasir-pasir halus itu terbawa ke wilayah daratan, yan akhirnya dapat membentuk gumuk pasir.
Gumuk pasir yang terbentuk di parangtritis umumnya ada empat jenis, yaitu barchans, parabolic dunes, transverse dunes, longitudinal dunes.
Adapun bentuk laboratorium geospasial melambangkan proses pembentukan gumuk pasir.

Untuk bangunan yang berbentuk kerucut melambangkan bentuk gunung berapi. Untuk banguna berupa lorong melambangkan sungai opak dan progo. Untuk laboratorium penelitian melambangkan gumuk pasir yang terbentuk.

Tradisi

Grebeg Sekaten (gunungan)
"Makna Simbolis dan Filosofis dalam Kehidupan"

Lautan manusia memadati Alun-alun Utara hingga pintu gerbang Masjid Gedhe untuk mengikuti prosesi Grebeg Maulud dengan membawa Gunungan sebagai puncak acara Sekaten yang telah berlangsung selama satu bulan. 
Grebeg adalah prosesi adat sebagai simbol sedekah dari pihak Keraton Yogyakarta kepada masyarakat berupa gunungan. Keraton Yogyakarta setiap tahunnya selalu mengadakan upacara grebeg sebanyak tiga kali pada hari besar Islam, yaitu Grebeg Syawal pada Hari Raya Idul Fitri, Grebeg Besar bertepatan pada Hari Raya Idul Adha dan Grebeg Maulud yang lebih populer Grebeg Sekaten pada peringatan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW.
Kata grebeg berasal dari kata gumrebeg yang memiliki filosofi sifat riuh, ribut dan ramai. Namun ada sumber lain yang mengatakan  “Garebeg” beda arti dengan “Grebeg”. “Garebeg” berarti diiringi oleh rombongan banyak orang. Sedangkan “Grebeg” berarti digropyok.Tidak ketinggalan pula kata gunungan memiliki filosofi dan simbol dari kemakmuran yang kemudian dibagikan kepada rakyat.Gunungan di sini adalah representasi dari hasil bumi (sayur dan buah) serta jajanan (rengginang). Pada Grebeg Sekaten, gunungan yang dijadikan simbol kemakmuran ini mewakili keberadaan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Gunungan yang digunakan bernama Gunungan Jaler (pria), Gunungan Estri (perempuan), serta Gepak dan Pawuhan. Gunungan ini dibawa oleh para abdi dalem yang menggunakan pakaian dan peci berwarna merah marun dan berkain batik biru tua bermotif lingkaran putih dengan gambar bunga di tengah lingkarannya. Semua abdi dalem ini tanpa menggunakan alas kaki alias nyeker.
Sebagai titik awal kirab Grebeg untuk dibawa menuju halaman depan Masjid Gedhe. Tembakan salvo menjadi tanda dimulainya kirab. Dari Kamandungan, gunungan dibawa melintasi Sitihinggil lalu menuju Pagelaran di alun-alun utara untuk diletakkan di halaman Masjid Gedhe dengan melewati pintu regol.
Sebelum memasuki acara puncak 'rebutan gunungan' serah terima pengawalan gunungan dilakukan dari prajurit Wirobrojo ke prajurit Bugis yang berseragam hitam-hitam dengan topi khas pesulap serta ke prajurit Surakara yang berpakaian putih-putih. Setelah gunungan diserahkan kepada penghulu Masjid Gede untuk didoakan oleh penghulu tersebut, gunungan pun dibagikan. Selesai doa diucapkan, gunungan pun sontak direbut oleh masyarakat yang datang dari seluruh penjuru Jogja. Memang ada kepercayaan dari masyarakat bahwa barang siapa yang mendapat bagian apa pun dari gunungan tersebut, dia akan mendapat berkah. Kegiatan 'ngrayah' atau berebut mengambarkan sebuah filosofi bahwa manusia dalam kehidupannya untuk mencapai tujuan harus berani melakukan persaingan dan permasalahan hidup harus dihadapai
Bukan untuk dihindari.
Selain prosesi 'ngrayah' terdapat pula ciri khas dari Grebeg Sekaten ini, yaitu telur merah yang akrab disebut 'ndog abang' yang ditusuk dengan bambu dan dihiasi kertas sebagai bunga-bunga untuk mempercantiknya. Saya sempat bertanya arti filosofi telur merah kepada ibu penjual tersebut. Menurut Ibu Wagirah, telur adalah bentuk permulaan kehidupan, sedangkan bambu yang menusuk telur tersebut perlambang bahwa semua kehidupan di bumi ini memiliki poros yaitu Gusti Alloh. Warna merah artinya keberuntungan, rejeki, berkahdan keberanian.

Gorengan

Pisang Goreng Manis

Bahan:
  • tepung terigu
  • pisang kepok
  • gula
  • garam
  • air 
Cara membuat:
  • gula secukupnya dan garam sedikit saja dilarutkan dalam air mentah
  • setelah itu tepung terigu dicampur dengan larutan gula dan garam membentuk adonan
  • pisang dipotong-potong menjadi tiga
  • panaskan wajan 
  • pisang dilumuri adonan tepung terigu
  • lalu goreng
  • angkat setelah warna agak kecoklatan
  • siap disajikan
oleh: Fariha D E

Budaya Yogyakarta

Prosesi Miyos Gongso

Berbicara tentang Yogyakarta tentu tak bisa terlepas dari segudang kebudayaan yang sangat unik dan tentunya istimewa. Salah satunya yaitu tradisi Grebeg Sekaten. Ternyata masih banyak orang Jogja yang belum mengetahui apa itu sekaten, untuk menambah pengetahuan kita tentang kebudayaan Grebeg Sekaten ini mari kita simak bersama-sama penjelasan dibawah ini.
Dalam tradisi Grebeg Sekaten ada beberapa prosesi yang dilaksanakan, salah satunya yaitu Miyos Gongso atau turunnya gamelan. Prosesi Miyos Gongso ini sebagai awal mula dimulainya upacara ritual dan tradisi Sekaten. Prosesi ini merupakan ritual mengeluarkan dua perangkat gamelan milik keraton. Dimana kedua perangkat gamelan ini diarak langsung dari keraton ke Mesjid Agung Kauman.
Dua perangkat gamelan ini memiliki nama tersendiri, yaitu Kyai Gunturmadu dan Kyai Nogowilogo. Arak-arakan ini diawali dari regol Brojonolo,Siti Hinggil, pagelaran keraton, Alun-alun utara, hingga berakhir di Mesjid Agung Kauman. Para pasukan pengiring arak-arakan memiliki nama sebutan masing-masing, yang mana dibedakan atas pakaian yang dikenakan.
Para pasukan atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Abdi Dalem ini mewakili abdi dalem dari Bregada Jogokariyan dan Patang Puluhan. Setelah dilakukannya arak-arakan oleh para abdi dalem, maka perangkat gamelan ini diletakkan ditempat khusus. Dimana disebut “Pagongan”, namun tidak diletakkan dalam satu ruangan. Melainkan, untuk Gamelan Kyai Guntur Madu di bagian Kidul (selatan), sedangkan Gamelan Kyai Nogowilogo diletakkan di bagian Lor (utara).
Hal yang unik dari upacara ritual Sekaten ini ialah, saat Gamelan Pusaka tersebut dibunyikan selama seminggu, hingga tiba perayaan Maulid Nabi. Setibanya perangkat tersebut diletakkan pada masing-masing “Pagongan” (panggung untuk menempatkan gamelan), dari bagian selatan yaitu Gamelan Kyai Guntur Madu terlebih dahulu dibunyikan. Para “wiyaga” sebagai sebutan bagi yang mengiringi atau memulai untuk membunyikan gamelan tersebut.
Suasana hening yang tampak disana benar-benar memperlihatkan suasana ritual jawa. Wewangi dupa yang dibakar pun menambah khasnya sebuah ritual adat, dan juga suara alunan gamelan yang ditabuh. Hal ini lah yang menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat Yogyakarta. Adapun penabuhan gamelan ini dilakukan setiap pukul 8 pagi hingga 11 siang, 2 siang hingga 5 sore, dan pukul 8 malam hingga 11 malam, selama seminggu berturut-turut kecuali pada hari kamis atau malam jum’at.
 Sebelum dilakukannya arak-arakan, personil keamanan telah dipersipkan untuk berjaga-jaga disetiap tempat. Terutama di jalan yang akan dilalui abdi dalem yang mengangkat kedua perangkat gamelan tersebut. Rata-rata masyarakat yang paling antusias ialah mereka yang merupakan warga asli Yogyakarta. Terutama mereka yang lanjut usia, ketertarikan terhadap ritual yang dilakukan oleh keraton lebih besar.

Puding

Puding Kelapa Muda


Bahan :
  • 2 bungkus Agar - agar bubuk putih
  • 250 gr Gula jawa (serut halus)
  • 400 ml Air
  • 100 ml Air kelapa muda
  • 2 buah Mangga harumanis (kupas, haluskan dengan blender)
  • 1 buah Kelapa muda (ambil daging buahnya)
  • 1/2 sdt Garam
  • 1/2 sdt Vanili bubuk
  • 1 sdm Rum




Cara Membuat :
  • Gula jawa direbus dengan air hingga larut, sisihkan.
  • Rebus agar - agar dengan air kelapa muda hingga mendidih.
  • Tambahkan mangga, air gula jawa, vanili, garam dan rum, aduk rata dan angkat.
  • Siapkan cetakan puding sesuai selera, basahi dengan sedikit air.
  • Letakkan dan atur daging buah kelapa didasar cetakan.
  • Tuangkan adonan puding kedalam cetakan tersebut.
  • Dinginkan dan masukkan kedalam lemari pendingin, potong - potong dan sajikan dingin.  

Masakan Idonesia

Sop Buntut
Bahan:
500 gram buntut, dipotong kecil-kecil, direbus dalam 1 liter air 100 gram kacang merah, rebus 3 siung bawang putih, dihaluskan 1 bawang bombay, potong kotak 2 iris jahe, dimemarkan 2 buah wortel, bentuk kembang 2 tangkai daun bawang, dipotong-potong 2 tangkai seledri, dipotong-potong 1 buah tomat ukuran besar, dipotong-potong 2 butir cengkeh garam dan merica secukupnya ½ sendok teh bubuk biji pala 6 buah sosis sapi, potong 2 cm, bentuk kembang 50 gram kacang polong

Cara Membuat:
  • Tumis bawang putih, bawang bombay, dan jahe hingga harum.
  • Tuang tumisan dalam rebusan buntut. Sebelumnya ukur kaldu lebih dahulu. Tambahkan air hingga seluruh kaldu berjumlah 2 liter
  • Masukkan wortel, daun bawang, seledri, tomat, cengkeh, garam, merica, dan bubuk biji pala.
  • Setelah wortel setengah matang, masukkkan kacang merah rebus, sosis. Menjelang diangkat, masukkan kacang polong. Biarkan sesaat lalu angkat.
Untuk 6 porsi

sumber: http://resepmasakanku.com